Terinspirasi Hagia Sofia di Turki, Masjid Agung Tuban Berkubah Pertama di Pulau Jawa

Advertisement

JATIM MEMANGGIL – Masjid Agung Tuban diyakini sebagai masjid di Pulau Jawa yang pertama kali menggunakan atap berbentuk kubah. Keseluruhan bangunannya tampak menggunakan pola lengkungan dengan tiang-tiang penyangga, yang konon terinspirasi dari ruang dalam Masjid Agung Cordoba, Spanyol.

“Selain berkubah, Masjid Agung Tuban juga salah satu masjid terawal yang miliki arcade atau bangunan dengan gang beratap,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menyempatkan Salat Tarawih di masjid legendaris itu pada pekan lalu, ditulis Senin (03/04/2023).

Cerita yang berkembang menyebut, rujukan rancangan masjid ini adalah Hagia Sofia lstanbul, Turki.

Namun gaya arsitektur Nusantara terasa kuat dengan ukiran-ukiran ornamen yang menonjolkan kebudayaan Jawa sebagaimana tergambar pada pintu-pintu dan mimbar Masjid Agung Tuban. Di sayap mihrab terdapat tangga dari bahan kuningan mencirikan gaya khas ornamen Jawa klasik.

Masjid Agung Tuban dibangun pada abad ke-15 oleh Adipati Raden Ario Tedjo atau juga dikenal dengan nama Syeh Abdurrahman. Bupati Tuban ke-7 itu berkuasa sekitar tahun 1401 – 1419.

Masjid ini sempat mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama kali dilakukan tahun 1894, yakni pada masa pemerintahan Raden Toemengoeng Koesoemodiko. Bupati Tuban ke-35 itu menggunakan jasa arsitek berkebangsaan Belanda, BOHM Toxopeus.

Gubernur Khofifah menyebut Masjid Agung Tuban adalah bagian dari bukti kejayaan Islam di era Kerajaan Majapahit.

Dekat Makam Sunan Bonang

Usai salat tarawih di Masjid Agung Tuban, Mantan Menteri Sosial itu melanjutkan safari Ramadan dengan berziarah ke Makam Raden Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang, salah satu ulama Wali Songo, penyebar syiar Islam di Jawa pada abad ke- 14. Lokasi makamnya tidak jauh dari Masjid Agung Tuban.

Mendiang Putra Sunan Ampel itu juga dikenal sebagai seniman yang berdakwah dengan menggunakan karya sastra serta sejumlah perangkat seni, termasuk gamelan.

Raden Makhdum Ibrahim adalah penemu salah satu jenis gamelan dengan tonjolan di bagian tengahnya atau yang kerap disebut bonang. Dari situlah julukan Sunan Bonang disematkan kepada Raden Makdum Ibrahim.

Menurut Khofifah, Sunan Bonang adalah simbol harmonisasi antar umat beragama. Terlihat dari bangunan masjid, klenteng, pura dan gereja di lingkungan Alun-alun Tuban yang dibangun oleh Sunan Bonang.

“Ajaran beliau dalam merajut kerukunan dan perdamaian antar umat beragama ini masih relevan hingga sekarang. Ini yang harus kita teladani dan terapkan dalam kehidupan sekarang. Meski berbeda-beda, tapi tetap satu,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *